............
Siang yang muram – karena, awan menutupi
matahari yang harusnya saat itu bersinar
terik – menandakan kalau hujan akan turun sebentar lagi.
Rena
yang saat itu menatap awan berpikir bahwa awan seperti sehati dengannya. Hari
ini kesekian kalinya dia ditolak cowok. Entah apa yang membuat semua cowok
seperti memberi harapan yang membuatnya melambung sampai pada saatnya terjatuh
seketika.
Dia
seperti sudah kebal terhadap semua penolakan itu. Dengan langkah gontai dia
berjalan kearah gerbang. Seperti biasa pak satpam – Joko -- yang sudah sering melihatnya itu
menyapanya,
“ditolak lagi neng?” Tanya Pak Joko tidak
bermaksud menyindir.
“hahaha.. bapak tau aja. Iya nih..” kata Rena
memaksakan sebuah senyum di bibirnya.
“tenang aja neng. Tar pasti ada yang nyantol
kok.” Katanya menghibur.
“hahahaha.. iya pak. Amin deh..” kata Rena
setengah hati.
Sebenarnya
tanpa Rena sadari ada yang memperhatikannya saat dia menaiki angkutan yang
selalu membawanya pulang ke rumah.
--------------------
Adit
berjalan menghampiri motornya. Dia bertemu dengan Pak Joko. Merekapun
bercakap-cakap,
“mang, tadi ngobrol sama siapa?” Tanya Adit
membuka percakapan.
“oh.. itu si neng Rena biasa..” jawab Pak Joko
hendak menyeduh kopi. Tiba-tiba hujan pun turun.
“wah.. hujan. Saya lupa bawa jas hujan lagi.
Mang saya tunggu di sini dulu ya sampai hujan reda. Oh ya… si Rena itu biasa
maksudnya apa mang. Orangnya biasa aja?” tanya Adit sambil meletakkan kembali
helm yang tadi sudah ia kenakan.
“hahaha… enggak malah. Biasa dia sering di tolak
cowok.” Jawab pak Joko santai.
“emang dia jelek banget ya? Atau dia gendut
banget jadi di tolak cowok?” Tanya Adit sambil lalu.
“enggak gitu. Malah sebenernya si neng Rena itu
unik. Dia baik, aktif, lincah gitu orangnya, terus juga kelewat langsing alias
kurus.” Jawab Pak Joko lagi.
“loh? Tapi kenapa malah ditolak cowok mang?”
Tanya Adit mulai penasaran.
“saya juga ga tau. Emang belum jodoh kali ya
ama cowok-cowok itu.” Jawab Pak Joko santai. Hujan pun berhenti.
“mang, saya pulang dulu ya.. ujannya udah berhenti.
Makasih ya mang.” Kata Adit bangun dari duduknya.
“iya. Sama-sama. Padahal saya ga nawarin
apa-apa.” Jawab Pak Joko terkekeh.
“hahaha.. tapi kan mamang nemenin saya
ngobrol.” Kata Adit lagi.
--------------------------
Esoknya…..
Rena
yang selalu datang pagi hari ini terlambat bangun yang juga menyebabkannya
terlambat masuk kelas. Dia hampir tertahan oleh guru piket yang saat itu cukup killer.
Untungnya sebelum guru itu melihat, Pak Joko berbaik hati membukakan pintu
gerbang yang lebar, karena saat itu dia membawa mobil.
---------------------------
Sialnya
untuk Adit yang juga datang terlambat setelah beberapa menit Rena masuk.
Sehingga ia harus bertemu dengan guru killer itu. Walaupun Pak Joko
sudah berbaik hati untuk tidak memberi tahu pada guru itu, tetap saja ternyata
guru itu melihat.
“Adit, sudah berapa kali kamu datang terlambat
dalam minggu ini?” Tanya guru itu yang ternyata bernama Bu Dewi.
“saya rasa baru 2 kali, bu.” Jawab Adit dengan
santai.
“2 kali kamu bilang? Ini udah yang keempat
kalinya kamu terlambat Adit!” kata Bu Dewi lagi setelah melihat Adit tidak
merasa bersalah sedikitpun.
“Nah.. itu ibu tau. Jadi saya mesti ngapain
sekarang nih bu?” Tanya Adit menantang.
“Apaa? Baiklah. Karena ibu lihat kamu suka
terlambat dan tidak peduli dengan nilaimu yang turun drastis, ibu akan
menskorsmu dan akan memastikan walaupun kamu diskors kamu tetap belajar.
Sekarang ibu izinkan kamu masuk kelas, tapi istirahat nanti temui ibu diruang
guru.” Kata Bu Dewi.
“itu aja. Kirain harus ngepel kamar mandi
lagi.” Kata Adit melewati Bu Dewi begitu saja.
“Adiiiit!!!” teriak Bu Dewi karena, melihat
Adit melenggang pergi begitu saja.
Sebenarnya
Bu Dewi itu perhatian dan tidak se-killer kelihatannya. Tapi karena
beliau belum juga menemukan pasangan hidup yang tepat padahal umurnya hampir
mencapai kepala tiga yang harusnya pada umur itu seorang wanita sudah punya
suami.
--------------------------
KRIIIING!!
Bel
istirahat berbunyi dengan nyaringnya. Di kelas Rena terjadi kehebohan yang tidak
biasa.
“Ren,
itu Adit kan? Kok dia bisa kesini sih? Siapa lagi yang dia incer?” Tanya Sasa,
teman sebangkunya sekaligus teman baiknya itu.
“Aduh..
sa apaan sih! Adit doang, bukan Afgan kan? Ato Daniel
Radcliffe?” Jawab Rena acuh.
“elo tuh
ya.. itu Adit! Come on, Ren… lo ga usah larut ama bacaan lo bisa kali. Liat itu
Adit, dia jalan kesini. Ren, dandanan gue ga aneh kan? Ga berantakan kan
rambutnya?” Tanya Sasa heboh.
“Sa!
Bisa ga lo diem bentar aja. Ceritanya bentar lagi ending nih..” kata
Rena mulai kesal dengan keributan yang dibuat Sasa.
“Sa? Lo
kenapa? Marah ya? Yaampun sa.. aduh.. maksud gue kan ga gitu. Kan lo tau gue
kalo baca ga bisa diganggu. Sa.. sasa.” Panggil Rena melihat Sasa hanya
terbengong-bengong menatapnya.
“itu..
itu.. belakang.. Adit…” kata Sasa tergagap.
“iya..
gue tau dari tadi lo bilang-bilang Adit. Belakang? Kenapa? Belakang gue ada
apa? Sa? Lo ga lagi nakut-nakutin gue kan? Apaan sih? Tanya Rena mulai kesal
dengan sikap Sasa yang tiba-tiba gagap.
“Aduh…
Ren.. itu belakang lo ada Adit.” Kata Sasa setelah sadar dari gagapnya.
“hah?
Siapa?” Tanya Rena sambil menengok ke belakangnya.
TBC
TBC
Comments
Post a Comment