...................... part 2
__
“lo
Rena?” Tanya Adit yang tidak memedulikan semua mata yang sedang menatapnya saat
itu.
“hah?
Iya gue Rena. Kenapa ya?” Tanya Rena kaget sekaligus was-was ditanya seperti
itu.
“ikut
gue. Sekarang. Cepet.” Kata Adit tanpa tedeng aling-aling.
“dih…
ngapain gue mesti ikut ama lo? Gue aja ga kenal sama lo.” Kata Rena keluar
judesnya.
“pokoknya
lo harus ikut gue. Karena, lo sama gue dipanggil Bu Dewi ke ruang guru.” Kata
Adit memaksa.
“oh.. Bu
Dewi? Oke.” Kata Rena meng-iyakan tanpa Adit sangka.
Lah? Ni
cewek kok langsung nurut gue bilang Bu Dewi. Emang sih.. Bu Dewi galak, tapi..
segitu takutnya kah ni cewek ama tu guru? Adit
bertanya-tanya dalam hatinya.
“Heh?
Permisi.. gue mau lewat.” Kata Rena menyadarkan Adit yang terbengong-bengong
tepat di sebelah kursinya.
“hah? Oh
iya. Iya..” kata Adit minggir tiba-tiba.
“kok lo
malah bengong sih? Katanya lo sama gue dipanggil Bu Dewi. Ayo cepetan. Keburu
bel masuk.” Kata Rena yang terheran-heran melihat Adit yang hanya berdiri
dengan pandangan kosong.
“eh? Oh
iya.. ayo cepetan.” Kata Adit akhirnya benar-benar sadar.
------------------------
Dih…
aneh dah ni anak… sumpah tiba-tiba bengong, terus tadi langsung buru-buru. Dalam
hati Rena berkata. Tanpa ia sadari ternyata kepalanya ikut menggeleng.
“kenapa
lo geleng-geleng?” Tanya Adit yang sekarang menjajari langkahnya dengan Rena.
“dih…
serah gue kali. Masalah buat lo?” kata Rena keluar juteknya dan berjalan lebih
cepat.
“wess…
selo mba. Gitu aja sewot.” Kata Adit kaget sambil bergegas mensejajarkan
langkahnya lagi dengan Rena.
“……”
“lo
takut banget ya ama Bu Dewi? Masa gue bilang gitu doang lu percaya.” Kata Adit
lagi. Tiba-tiba Rena berbalik.
“jadi,
sebenernya gue ga dipanggil Bu Dewi gitu?” Tanya Rena.
“Menurut
lo? Gue cuma pengen tau aja. Kenapa lo bisa langsung nurut kayak gitu? Emang lo
ga kenal gue siapa?” Tanya Adit dengan pe-denya.
“emang
lo siapa? Kenal aja enggak.” Kata Rena acuh.
“serius
lo ga tau? Gue tuh.. primadona di sekolah ini tau.” Kata Adit tidak percaya
dengan apa yang baru saja ia dengar. Bahwa Rena tidak mengenalnya sama sekali.
“trus?
Gue mesti bilang wow gitu?”
kata Rena tidak peduli.
Parah
banget.. ni cewek dari planet mana sih? Gue yang popular gini dia ga kenal. kata Adit dalam hati.
---------------------
“nah..
Ren. Kamu bisa kan bantu ibu?” Tanya Bu Dewi setelah selesai menjelaskan maksud
kenapa Rena di panggil ke ruang guru.
“kenapa
mesti saya bu? Kan ada Reno juga. Malah dia lebih pinter dari saya.” Kata Rena
berusaha menolak tugas yang Bu Dewi berikan.
“yah…
berhubung Reno lagi mempersiapkan untuk olimpiade dua minggu lagi. Jadi, dia
tidak bisa ibu ganggu. Tolong ya Ren.. saya percaya sama kamu.” Kata Bu Dewi
lagi tanpa ingin dibantah.
“yah…
saya usahakan deh bu.” Kata Rena pasrah.
“Baiklah
kalau begitu kalian boleh keluar sekarang.” Kata Bu Dewi sambil tersenyum puas.
--------------------
“Rena..
tunggu.” Panggil Adit yang membuat Rena berbalik.
“kenapa?”
“gue mau
ngomong sebentar sama lo.”
“ngomong
aja.”
“tapi ga
disini.”
“emang
napa sih kalo disini aja? Gue mau buru-buru ke kantin nih.. udah laper.”
“ga
bisa. Ini penting. Menyangkut tugas lo juga nantinya.”
“lo
yakin banget gue mau ngajarin lo?”
“oh… ga
masalah gampang aja. Gue tinggal bilang sama Bu Dewi dan whuzz…. Nilai lo
mungkin bakal lebih jatoh daripada nilai gue yang sekarang.”
“kok lo
ngancem sih? Udah bagus gue terima tugas dari Bu Dewi cuma ngajarin lo.
Daripada gue minta tolong Reno buat ngajarin lo. Jadi ga perlu gue yang dateng.
Biar rasa lo diajarin Reno.” Kata Rena kesal karena Adit mengancamnya.
-----------------
Reno
melihat Rena berjalan membelakanginya. Saat Reno ingin memanggil Rena, dia
melihat seorang cowok berjalan di sebelah Rena. Akhirnya, karena dia memang ada
perlu dengan Rena dia memutuskan
memanggilnya.
“Rena…”
panggil Reno.
“eh…
Reno. Ada apa No?” Tanya Rena langsung berbalik setelah tau dia dipanggil oleh
Reno.
Heh? Kok
dia cepet banget dipanggil ama Reno? Giliran gue tadi aja. Dasar cewek aneh. Kata
Adit dalam hati.
“Ren..
lo mau kemana? Kan gue duluan yang ada perlu ama lo.” Kata Adit memanggil Rena
setelah sadar Rena tidak disampingnya lagi.
“bisa
tar pulang sekolah kan? Lagian lo pasti mau ngomongin hal ga penting semacam
peraturan yang harus gue jalanin nanti kan?” kata Rena sambil lalu.
“Rena…
kok lo gitu sih?” kata Adit kesal karena Rena lebih memilih menemui Reno
terlebih dahulu.
----------------
“Na… lo
tadi kok bisa sama Adit?” Tanya Reno penasaran.
“oh..
itu. Lo kenal sama dia? Gue di suruh Bu Dewi buat bantu ngajarin dia selama dia
di skors.” Kata Rena.
“iyalah..
dia kan cowok popular. Terus lo mau?” Tanya Reno cukup aneh karena biasanya
Rena lebih suka menolak segala hal yang harus berurusan dengan orang lain.
“yah…
habis Bu Dewi gitu sih… tadinya gue malah mau ngajuin elo aja. Tapi kata dia,
lo lagi sibuk buat olimpiade. Jadi… yah gue mau ga mau harus terima.” Kata Rena
menjelaskan.
“loh?
Kalo lo ga bisa atau ga mau kan bisa bilang gue. Ga perlu Bu Dewi tau.” Kata
Reno menawarkan jasa.
“yah…
kita lihat dulu deh… kalo tu anak ga bisa gue tangani. Tar gue minta tolong lo.
Tapi… emang lo ga repot? Lo kan harus fokus. Ga usah lah… gapapa. Sekali-kali.”
Kata Rena menolak. Walaupun dia senang karena Reno mau menawarkan jasa untuk
membantunya.
“tapi
serius loh.. kalo lo butuh bantuan gue bisa kok diganggu.” Kata Reno lagi belum
menyerah.
“iya
No.. gue tau kok. Makasih ya atas tawarannya. Lo manggil gue kenapa?” Tanya
Rena mengalihkan pembicaraan.
“oh ya…
gue boleh kan minta tolong sama lo?” Tanya Reno.
“boleh
aja… asal.. lo tau gue lah… asal gue bisa ato ga terlalu ribet buat gue mah..
no prob.” Kata Rena lagi sambil tersenyum.
“lo bisa
bawa mobil kan?” Tanya Reno sebelum benar-benar meminta pertolongan Rena.
“No… lo
tau kan gue ga suka sama orang yang bertele-tele? To the point aja
kenapa sih? Lo bukan baru kenal gue hari ini kan?” kata Rena mulai kesal karena
Reno bertele-tele.
“iya iya
gue tau kok. Jangan kesel dulu napa. Maaf deh… gini… Jadi, lo tau kan kalo gue
2 minggu lagi bakal ngewakilin sekolah buat ikut olimpiade? Nah… gue pasti
bakal pulang sore banget. Sedangkan biasanya gue pulang sekolah, sebelum pulang
harus jemput adek gue dulu yang masih SMP. Lo tau kan adek gue?” Tanya Reno setelah ia
menjelaskan inti masalahnya.
“oh…
Jadi maksud lo, lo mau minta tolong gue buat jemputin adek lo selama 2 minggu
lo ga bisa jemput dia?” Tanya Rena mengerti maksud Reno.
“iya
gitu. Tapi setelah gue pikir-pikir kayaknya lo pasti ga bisa deh…" kata
Reno sadar setelah tadi Rena menceritakan kenapa Rena bisa sama Adit.
“loh?
Kenapa ga bisa?” Tanya Rena yang sepertinya lupa akan janjinya dengan Adit.
“lah?
Kata lo tadi lo pulang sekolah harus ke rumah Adit kan? Buat ngajarin dia?”
kata Reno mengingatkan Rena.
“oh iya
ya. Ck… kok gue bisa lupa gini ya?” kata Rena sambil menepuk jidatnya sendiri.
Hening beberapa saat.
“gue
punya ide. Gimana kalo gue tetep jemput adek lo, gapapa dateng telat ke rumah
Adit. Lagian belum tentu juga dia mau gue ajarin.” Kata Rena agak menyesal kenapa
harus berurusan dengan Adit yang sok populer itu.
“serius
gapapa? Tapi tar lo capek ga? Ga enak nih gue…” kata Reno
“gapapa
lah… kan gue jadi bisa sering-sering maen ke rumah lo kayak dulu.” Kata Rena.
“bener
nih gapapa? Makasih ya… lo tuh emang adek yang baik.” Kata Reno tersenyum tanpa
memperhatikan perubahan wajah Rena.
“hehe…
iya sama-sama kok.”ternyata lo emang cuma nganggep gue adek ya…jawab
Rena datar.
--------------
“Rena…
gimana tadi? Kok lo bisa dipanggil bareng Adit gitu?” Tanya Sasa setelah Rena
kembali.
“Ren..
Renaaa… Hello!!” kata Sasa menyadarkan Rena.
“Eh…
oh.. kenapa, Sa?” Tanya Rena tidak memperhatikan apa yang tadi Sasa tanyakan.
“gue
nanya. Kok lo tadi bisa bareng Adit dipanggil Bu Dewi?” kata Sasa mengulang
pertanyaannya.
“itu si
Kobra itu minta gue buat ngajarin si cowok sok populer itu selama masa dia di
skors.” Kata Rena sambil lalu.
“wow!
Keren banget lo bisa tau rumah dia tanpa perlu susah. Ga kayak gue dan fans
fanatiknya yang harus mati-matian buat tau.” Kata Sasa kagum.
“apasih..
biasa aja lagi.” Kata Rena datar.
“Ren… lo
kenapa deh? Lo ga seneng ya? Oh.. iya. Maaf ya Ren.. ini pasti bencana buat
lo.” Kata Sasa paham.
“heh?
Bencana? Apa? Siapa?” Tanya Rena yang tidak fokus.
“iya.
Gue tau lo sebenernya ga suka kalo harus berurusan dengan orang lain kan? Maaf
ya gue ga peka.” Kata Sasa sambil menunduk.
“bukan.
Bukan masalah itu, Sa. Bukan Adit, tapi Reno…” kata Rena menggantung
kalimatnya.
“oh…
kirain… terus emang si Reno kenapa?” Tanya Sasa agak kaget.
“Reno…
orang yang gue taksir dari kelas 9 SMP. Sampai sekarang emang cuma nganggep gue
adeknya. Ga pernah lebih.” Kata Rena menerawang.
“yaampun
Ren… gue kira kenapa. Yaudahlah… ga usah dipikirin kali. Dia doang.” Kata Sasa
santai.
“tapi,
Sa… udah 4 tahun. Gue berusaha jadi kayak dia. Dia ga sadar apa? Banyak cowok
yang suka sama gue. Yah… walaupun gue selalu di tolak karena gue terlalu perfect
buat mereka, tapi itu semua kan biar Reno nge-liat gue sebagai cewek.” Kata
Rena tiba-tiba merasa frustasi.
“lupain
ajalah, Ren…” kata Sasa sambil lalu.
“Sa… lo
tau kan? Lama, Sa.. 4 tahun gitu…” kata Rena benar-benar frustasi.
“udah
ah… berisik. Bu Dewi udah masuk tuh.. lo ga mau kan dikeluarin dari
kelas?Ssshhh…” kata Sasa kesal karena Rena tidak pernah berubah.
“enggak”
kata Rena langsung diam.
--------------
“Ren… tu
Adit, Ren… dia pasti nyari lo. Tuh kan.. dia kesini, Ren.” Kata Sasa mulai
heboh.
“yaudah
sii… biarin aja. Sa, jadi ga lo nebeng sama gue? Mumpung gue bawa mobil nih…”
kata Rena tidak peduli dengan celotehan Sasa.
“Ren…
gue perlu ngomong sama lu. Penting!” kata Adit tanpa basa-basi.
“iya…
tau. Sabar napa.” Kata Rena masih dengan
judesnya.
“Sa, lo
jangan kemana-mana dulu. Tunggu gue di kantin, tar gue nyusul. Jadi kan pulang
bareng gue?” tanya Rena sebelum ia meninggalkan Sasa dan berjalan keluar
mengikuti Adit.
“Jadi
dong… good luck ya…” kata Sasa tiba-tiba.
“Apa
sih?” Kata Rena tidak peduli.
“bukan
apa-apa.” Kata Sasa lagi.
------------------
TBC
TBC
Comments
Post a Comment