Maybe Never Mind

Aku, Rizky dan Akbar adalah teman satu SMA. Lebih tepatnya kami sekelas selama tiga tahun. Awalnya kami memang tidak dekat. Bahkan aku dan Akbar terlalu sering bersitegang di dalam kelas. Akbar memang punya sifat yang bisa sangat menyebalkan sewaktu-waktu. Tapi begitu aku kagum bahkan bisa dibilang aku terpesona padanya. Dia pintar dan dia hampir menguasai seluruh mata pelajaran disekolah bahkan sepertinya tidak ada yang tidak dia kuasai selain hubungan interaksi sosialnya. Hahahahahaha. Jahat ya?
Beda dengan Rizky dia anaknya pendiam tapi cakep dan mukanya sungguh tidak membosankan. Hahahahaha. Tidak ada orang yang cakep yang terlewat oleh mataku ini. Walaupun dia bersikap menjaga jarak dengan cewek tapi dia orangnya peduli. Kenapa aku bisa dekat dengannya? Aku juga sudah lupa. Tapi sepertinya waktu itu aku sempat sekelompok dengan Rizky dan Akbar dalam kelompok Biologi. Untuk sedikit info saja, aku tidak terlalu pandai di beberapa mata pelajaran, tapi aku tidak mudah menyerah dan aku bersyukur bisa dekat dengan mereka.
Jadi begini. Ini adalah ceritaku. Err... lebih tepatnya cerita kami--Aku, Rizky dan Akbar--yang menjadi dekat. Awalnya aku bahkan tidak berani dekat dengan Rizky karena, aku... tidak! Jangan berpikir aku alergi cowok cakep. Hahahahahaha itu tidak mungkin. Hanya saja aku sadar dan SANGAT sadar kalau aku benar menyukainya. Tidak sebatas rasa kagumku pada Akbar.
Kalau ceritaku dengan Akbar aku bukannya tidak mau mengakrabkan diri padanya. Terkadang sifatnya itu yang membuatku malas berakrab-akrab ria dengannya. Tapi saat berkesempatan sekelompok dengannya pada pelajaran Biologi aku bersyukur. Dia tidak semenyebalkan itu. Sungguh.
Ada satu orang lagi di kelompok kami. Namanya Bella. Cukup sekian bulan lebih kami terus-terusan diberi tugas kelompok pada pelajaran Biologi tapi aku senang. Kenapa?
Aku mulai menyadari sifat masing-masing anggota kelompokku. Sampai aku pun sadar kalau Akbar menyukai Bella. Aku yang melihat pemandangan langka--Akbar akhirnya menyukai cewek--gregetan ingin menjodohkan mereka. Dan satu-satunya yang bisa kumintai bantuan hanya Rizky.
Jadilah dengan mengabaikan segala rasa yang aku pendam--apa sih-- aku mencoba meminta bantuannya. Karena, sepertinya Akbar memang cukup dekat dengan Rizky. Itulah alasan kenapa aku jadi dekat dengan Rizky juga. Tapi begitu sepertinya dia tetap tidak tahu kalau aku menyukainya--Rizky.
Sayang seribu sayang setelah usahaku dan Rizky sampai titik darah penghabisan, Bella malah merapat pada Anwar dan akhirnya mereka betul-betul jadian. Tapi begitu Akbar tidak menyalahkan kami karena dia sadar kalau kami berniat membantunya dan itu membuat kami jadi bisa dekat dan menjadi sahabat.
Satu hal yang tidak berubah dari Akbar adalah sikap menyebalkannya. Entah karena kepintaran dan logikanya yang jalan atau mungkin karena insting vampire--itu kata Akbar--nya yang kuat dia tahu aku menyukai Rizky. Dan terkadang tiap kami berkumpul bertiga, dengan tertawa penuh arti dia selalu memancingku dengan perkataannya,
"Gimana kalo giliran kalian yang gue comblangin?"
Sungguh aku paham sekali maksud tersirat dari perkataannya itu. Tapi aku harap Rizky tidak akan pernah sadar dan tidak akan pernah tahu maksud tersirat dari perkataan Akbar itu. Yah... walaupun aku berharap suatu saat dia sadar akan maksud dari kata-kata Akbar, tapi tetap saja. Bagiku, selama bisa tetap dekat dengannya tanpa menjadi canggung itu sudah cukup. Sungguh. Seperti lagu Taylor Swift
".... I'd rather be alone than lose you....
..... I could tell you now but baby, Never Mind." -Never Mind.

Jadi, buat anak PoliceLine yang baca.... Can you guess who are them? Hohohohohoho. Thank you to everyone that mind to spend your time to read this.
Love you all. Comment or else are accepted. :-* :-D

Comments

Popular posts from this blog

Backstabber

Not Saying Word

Destiny?