Not Saying Word

Aku bodoh. Ya, sungguh bodoh. Kalau saja saat itu aku memintanya menunggu.... Tapi aku tidak ingin bersikap egois. Aku juga tidak yakin dia akan menunggu. Tapi kalimatnya saat itu seperti memintaku untuk mempercayainya. Kenapa aku tidak menyadarinya? Betapa bodohnya aku.
***
Flashback on...
"Aku beneran suka sama kamu. Apa kamu ga bisa lihat itu?" Katanya setengah gusar. Berulang kali dia mengatakan hal yang sama.
"Kamu kalo becanda jangan keterlaluan dong, Lang." Kataku berusaha untuk tidak terpancing.
"Apa lagi yang harus aku buktiin supaya kamu percaya?"
"Ga ada, Lang. Udah cukup. Kita punya masa depan yang berbeda. Apa kamu ga bisa lihat?"
"Tapi aku serius. Aku bakal nunggu kamu sampe kita dipertemukan lagi. Dan aku yakin kita akan dipertemukan lagi."
"Engga, Lang. Kamu ga perlu nunggu karena aku juga ga bakal nunggu kamu."
"Kamu serius? Kalo kamu minta aku nunggu aku pasti akan nunggu kamu." Katanya kali ini memelas. Aku berusaha memantapkan hatiku. Kalau memang berjodoh aku yakin kita tidak hanya dipertemukan tapi mungkin juga akan dipersatukan.
"Aku ga akan minta kamu untuk nunggu aku. Sampai kapanpun." Kataku tenang.
"Baik kalo itu keputusanmu. Selamat tinggal, Nay." Katanya untuk terakhir kali sebelum berbalik pergi.
"Ya. Selamat tinggal, Elang." Kataku menatap punggungnya yang menjauh.
Flashback off...
***
Disinilah aku sekarang. Di sebuah ballroom megah yang tengah mengadakan resepsi pernikahan seorang putra pengusaha bernama Elang Ivander Kusuma dengan mempelai wanita yang bernama Isabel Tanubrata. Nama yang hampir mirip denganku. Bukan. Itu semua bukan kesalahan karena memang bukan aku yang berdiri disisinya.
Elang, kita memang bertemu lagi tapi mungkin kita bukan jodoh yang dipersatukan. Karena, kita hanya berjodoh untuk dipertemukan.
***
1 minggu yang lalu......
Aku kembali duduk di kursiku yang nyaman setelah puas memandangi hujan dari jendela besar diruanganku. Undangan berwarna hijau dengan hiasan warna silver yang begitu elegan baru saja aku terima hampir bersamaan dengan pesan singkat darinya.
To: Me(Bella Naya)
Aku akan segera menikah, Nay. Apa kamu sudah terima undangannya?
Aku tahu inilah jawabannya. Aku saja yang bodoh karena tidak menyadari isyaratnya. Dan membiarkan kata itu mengkerutkan hatiku sekarang.
Aku juga mencintaimu, Elang. Sampai detik ini. Maaf.... aku yang tidak jujur.
***
END

Comments

Popular posts from this blog

Backstabber

Destiny?