Backstabber part 2

Sudah 2 bulan berlalu dan sebentar lagi liburan semester genap akan segera datang. Aku sudah jarang bertemu Fian dan Rima karena, sudah sejak Rima dan Dafiq bertengkar malam itu aku memutuskan mengabaikan apa yang terjadi diantara mereka dan bersikap seperti biasa. Mungkin itu yang membuat Rima kesal padaku karena aku tidak berada disisinya. Aku tidak bisa berdiri disalah satu sisi karena secara egois sebenarnya aku tidak ingin kehilangan keduanya.
Sejak saat itu pula Rima semakin marah padaku. Aku tahu dia suka dengan Dafiq dan bahkan memintaku menjadi 'mata - mata' untuknya. Aku bukan peghafal yang baik, ditambah aku sibuk dengan kepentinganku sendiri secara tidak sadar aku melupakan permintaannya. Dan suatu ketika....
2 bulan lalu....
Sore itu sepertia biasa aku masih berkeliaran di kampus. Membicarakan beberapa hal yang menyangkut keberlangsungan angkatan kami dengan Salsa, Novi dan Reza. Ternyata saat itu Dafiq masih berada di kampus dan dia bergabung dengan kami. Kami mengobrol sampai larut, tanpa sadar kami berfoto untuk ikut pamer di grup angkatan. Itu hal yang konyol sebenarnya kalo boleh dibilang, tapi siapa peduli aku sedang jenuh saat itu dan tiba - tiba aku mendapat pesan dari Rima. Saat itu juga aku yang berniat bersikap biasa saja memutuskan benar - benar membiarkan hal itu terjadi, bahkan aku memutuskan untuk menjadikan pesan dari Rima menjadi kenyataan. Sejak itu, jarak diantara kami semakin membentang. Namun, tidak dengan aku, Dafiq dan Nugi kami kembali menghabiskan waktu bersama. Kemana Fian? Dia sibuk dengan dunianya dan aku merasa kehilangan...
1 bulan lalu....
Rima kembali mendatangi kamarku ada hal yang tidak ia pahami pada mata kuliah dimana kami berada di kelas yang sama. Seperti sebelumnya kami kembali bersama namun, tentu ada yang berbeda. Aku tidak akan menyalahkan keadaan. Bahkan sebenarnya, aku merasa kehilangan Rima. Rima telah menemukan teman lain yang tidak sepertiku aku bersyukur. Sayangnya, tidak dengan keadaanku sekarang. Aku bingung. Perasaan bersalah itu datang lebih kuat. Aku harap perasaan ini segera menghilang.

Present day....
"Lu ga ngampus?" Tanya Rima mengetuk kamarku.
"Ngampus. Gue udah mandi kok."
"Buruan. Udah jam setengah 8 juga." Katanya duduk disebelahku.
"Iya. Satu episode lagi nih. Nanggung." Kataku tanpa menoleh kearahnya.
"Gue makan duluan yak." Katanya tau kebiasaanku jika sudah menonton drama.
"Yaudah duluan sana."
"Buru lu. Tar gue tinggal nih." Katanya serius.
"Iya. Tar gue kabarin kalo jadi ngampus yak." Kataku sambil nyengir.
"Dasar. Kebiasaan banget sih."
......
"Ah elah. Ceritanya ga seru banget. Sebel. Oiya, kabarin Rima.!"
To : Rima
Gue tipsen ya Rim. Maaci :*

From : Rima
Udah kelar dramanya?

To : Rima
Ya gitu deh. Abis gini gue mau beberes hehehe. Kalo ga bisa tipsen gapapa

From : Rima
Iyee

To : Rima
Maaci, sist

From : Rima
Hmm....

Kenapa? Dia memang bukan siapa-siapanya. Aku tidak peduli sungguh sekalipun dia tidak suka padaku selamanya.

THE END.

P. S
Hahahaha....ceritanya ga jelas ya? Well, ini karena susah cari feel-nya lagi. Daan, beberapa temen gue udah bisa guess pemerannya. I'm afraid ofcourse.
Sila tebak sendiri akhir ceritanya. Gue hanya lagi menghibur diri.
Selamat malam dan semoga mimpi indah semua~

P. S. S
Kejadian nyata yang dibumbui terlalu banyak

Comments

Popular posts from this blog

Backstabber

Destiny?

Not Saying Word