The Pink Hoodie #2 (Her Reason)

"Udah lama?"
"Engga. Baru aja."
"Udah pesen?"
"Nungguin lu."
"Kan duluan aja tadi gue bilang. Kejebak macet pasti gue."
"Gapapa si. Siapa tadi ga mau bareng padahal diajak?"
"Yaudah ayo pesen."
___
"Gue ga nyangka lu kpopers."
"Kenapa? Jangan bilang gue alay." Kataku agak defensif.
"Ya gapapa. Ga keliatan aja. Kayak dandan lu tuh ya kayak orang-orang. Kalo lu ga bilang hoodie yang lu pake sekarang dari boyband kesukaan lu gue ga bakal ngira kali." Jelas Ega. Aku kembali menurunkan tensiku. Setelah hening beberapa saat, Ega kembali berbicara.
"Kenapa lu bisa dan suka kpop? Lu pernah suka selain kpop ga si?"
"Pernah lah. Masih. Kalo emang ada yang bagus kenapa engga. Lu butuh jawaban serius apa engga nih?" Tanyaku sebelum benar-benar menjawab pertanyaannya.
"Dua duanya deh. We have time." Jawabnya.
"Oke. Yang ga serius dulu ya. Soalnya mukanya hedonis semua. Cakep ga ketulungan hahahaha."
"Kebaca banget dah. Terus?"
"Ini singkat aja sebenernya, tapi karena lu nanya kenapa bisa suka kpop jawabannya bakal jadi panjang."
"Oke. I am all ears."
"Gaya amat."
"Yaudah cerita."
"Jadi idol kpop itu ga gampang. Mereka harus ngorbanin masa kecilnya, jadi trainee yang harus belajar nari, nyanyi, akting banyak banget. Belum lagi kalo agensinya ga bener mereka bisa ngalamin miss treatment. Displinnya mereka si yang bikin mereka kayak gini walaupun emang outputnya keliatan mirip."
"Terus?"
"Apa? Lagi ya, kpop-an itu hobi. Anak-anak sekarang terlalu menjadikan itu hal yang serius. Dukung idol dengan harus nonton konser, beli merch, ikut gathering. Gue pribadi kalo ga pas waktunya atau budgetnya ya ga pergi."
Dia hanya mengangguk mendengarkan penjelasanku.
"Nah! Karena hobi, sebenernya lu koleksi album, lightstick dan lainnya sama kek orang-orang yang suka action figure, mancing, wibu gitu. Beli dari A-Z padahal tau cuma buat jadi pajangan dipake sesekali. Kadang bisa jual mahal, kadang engga. Kesel aja sama orang yang judging penyuka kpop tuh."
"Kalem kalem. Kan gue cuma nanya."
"Iya. Yaudah. Makan dah yuk. Keburu dingin." Balasku yang langsung disetujui olehnya. Sambil makan dia kembali bertanya beberapa hal. Kami sudah cukup akrab semenjak pertemuan ke-enam menurutnya dan dia benar-benar menghubungiku lebih dulu.
___

Comments

Popular posts from this blog

Backstabber

Not Saying Word