Like Fate


-Even if you're poison, I'm going to kiss you like fate-


한심할지 몰라, 내가 택한 real love
다들 말하지 쉽게 빠져 피고 지는 사랑 이별 부지기수 no way
I may be pathetic, I chose real love
There's no way to break up or fall in love easily
"Wir, lagi apa?" Tanyamu padanya pagi ini melalui pesan pada ruang obrolan berdua. 
"Baru bangun, Ray. Kamu udah sahur?" Balasnya pada pertanyaanmu di ruang obrolan kalian. 
"Ini lagi sahur. Kok kamu bangun si?" Balasmu lagi berharap bahwa memang dia terbangun untuk menemanimu sahur. Ini adalah bulan ke-enam dihitung dari pertemanan yang telah kalian berdua jalin melalui sebuah aplikasi game online. 
"Mau nemenin kamu sahur lah. Kan ini perdana." Balasannya pada ruang obrolan kalian membuatmu tersenyum kecil.

다친다 해도 brake 따윈 없어 비켜 right now baby
끝이라 해도 그게 너면 can't stop the feeling now yeah
Even if it hurts, there is no brake right now baby
Even if it's over, if it's you, can't stop the feeling now yeah
Kamu seharusnya paham bahwa, bagaimanapun gestur berbeda darinya tidak harusnya membuatmu tersenyum seperti sekarang ini.
"Masa si? Maksudmu perdana aku sahur tidak memiliki pasangan, eh?" Balasku mencoba terlihat biasa saja walaupun dia tidak dapat melihatmu. 
"Mana ada. Itu kamu yang bilang ya, Ray. Sahur apa?" Tanyanya padamu berusaha mengalihkan pembicaraan. 
"Rendang ayam? Ada ga si?
Oh iya, kamu ga mau ikutan sahur sekalian?" Tanyamu padanya. Tidak ingin memikirkan terlalu jauh hubungan yang ada diantara kalian berdua. 
"Hahahaha... Maksudmu bumbu rendang tapi daging ayam ya. 
Ga bisa makan jam segini. Perutku bakal bermasalah☹️"
"Tidur lagi gih. Ga usah ditemenin akunya."
"Ga mau. Nanti kamu nangis aku tinggal tidur."
"Engga ya😡 emang aku anak kecil, takutan?"
"Ya kan biasanya ada yang bareng sahurnya. Bukan aku si yang jelas🤪
Canda sayang😘" Balasnya terakhir. Kamu tidak sempat membalas chat terakhirnya karena cukup terkejut dengan balasannya menggunakan 'sayang' dan emoji tersebut. 
___
눈이 닿던 순간 feel alright, 우릴 비춰주던 저 spotlight
깊이 빠져들던 밤 all night, 별빛 쏟아지는 real light
The moment our eyes meet feel all right, that spotlight that shined on us
The night I fell into deep all night, real light pouring with the starlight
"Rayaa~ ga kangen ama aku?" Tiba-tiba pesannya masuk pada ponselmu. 
"Engga." Balasmu. 
"Ih... Kamu marah karena balesan terakhir dari aku???" Tanyanya terlihat panik pada pesannya. 
"Enggaaa. Lagi tadi kan main game bareng." Balasmu. 
"Iya tetep aja. Kamu tiba-tiba left. Aku panik tau☹️" Balasnya menunjukan kekhawatirannya. 
"Gapapa. Lagi bosen ngapa-ngapain nih. Tapi males keluar😔"
"Yaudah. Aku telepon ya?"
"Males juga liat muka kamu, Wir. "
"Tapi aku lagi pengen liat mukamu, Ray. Gimana dong?"
"Yaudah. Telepon yaa" Balasmu dan setelahnya keluar dari ruang obrolan kalian. 
Wira Video calling...
네가 독이라 해도 난, 마치 운명처럼 키스해 baby
슬픈 엔딩이라 해도 on and on and on and on oh
Even if you're poison, I'm going to kiss you like fate
Even if it's sad ending, on n' on n' on
"Kok malah langit kamarmu si? Raaay~" Panggilnya dari seberang telepon. Kamu sedang berusaha menahan tawa saat dia memanggilmu dan kamu memutuskan tidak menyahut. 
"DOR!" Tiba-tiba kamu muncul dengan topeng yang memang sudah kamu siapkan. 
TAK! 
"WIR! WIRA! Kamu gapapa? " Panggilmu panik setelah kamu berhasil menahan tawamu melihatnya sekilas terjatuh dan menatap ponselmu yang layarnya gelap sekarang. 
"Ish. Kaget tau!" Balas Wira kesal. Kali ini kamu benar melihat mukanya yang kesal.
"Hehehehe... Maaf. Aku bosen banget abisan." Balasmu masih tertawa kecil. 
"Untung sayang."
"Apa Wir?" Tanyamu berharap kamu tidak salah dengar. 
"Gapapa. Nyebelin kamu." Balasnya masih memasang wajah kesal dengan bibir yang tertarik sedikit membentuk senyum. 
Tunggu. Wira beneran senyum ga si itu? Ini suara hati yang tidak mungkin kamu sampaikan pada Wira langsung. Jadi setelah jeda sebentar kalian melanjutkan obrolan kalian. 
___
함께 어디든지 떠나, 우린 구름 위를 fly high baby
힘껏 잡은 손 놓지 마 on and on and on and on yeah
Leave wherever together, we fly high over the clouds baby
Don't let go of your hand, on n' on n' on yeah
"Eh... Udah mau buka ya?" Tanya Wira tiba-tiba ditengah percakapan kalian. 
"Lah iya?" Katamu setelah melihat jam di nakas yang menunjukan pukul lima sore. 
"Kamu ga siap-siap buka?" Tanyanya lagi. 
"Udah bikin dong. Tinggal masak air buat teh. Nanti aja lah keburu dingin lagi air tehnya kalo sekarang." Jawabmu kembali fokus pada dia diseberang telepon. 
"Kirain kamu seharian ga ngapa-ngapain selain nge-game." Balasnya. 
"Emang kamu. Game terooos." Katamu seperti ibu pada anaknya dengan vokal 'o' yang dipanjangkan berlebihan. 
"Hehehehe... Ya kenapa si?"
"Ya gapapa si."
"Yaudah."
"Yaudah."
... 
"Ray, kalo pandeminya kelar kamu masih mau nemenin aku kan?" Tanyanya setelah hening sebentar. 
"Masihlah. Ke mana aja asal dianter pulang." Balasmu tersenyum. 
"Termasuk jadwal tiap Minggu pagi, Ray?" Tanya Wira lagi padamu memastikan. 
"Iyaa. Aku temenin sampai jadwal Minggu pagimu kelar terus kita bisa jalan-jalan atau nge-game dirumahmu, kan?" Balasmu dengan lebih meyakinkan mengingat tembok diantara kalian tidak bisa dirubuhkan begitu saja. 
"Iya. Habis aku ibadah kita bisa main siangnya." Kali ini dia membalasmu dengan senyum. 
"Oke. Aku tutup ya? Mau masak air." Katamu tersenyum sebelum memutus sambungan. 
"Ray, selamat berbuka ya." Katanya sebelum mengakhiri panggilan. 
"Makasih, Wir." Jawabmu saat panggilan sudah berakhir darinya.
Kkeut

Comments

Popular posts from this blog

Backstabber

Not Saying Word